Air Mata, Kado Terindah Dari Masyarakat Redeng Untuk HUT Otonomi Lembata ke 26

photo author
- Minggu, 12 Oktober 2025
Air Mata,  Kado Terindah Dari Masyarakat Redeng Untuk HUT Otonomi Lembata ke 26
foto bersama ketua LKSA Eugene Schmitz Silvester Singu Wutun bersama masyarakat Redeng
Dapatkan full source code Asli

Lewoleba, KilatNews. Com - Kabupaten Lembata pada tanggal 12 Oktober 2025, genap berusia 26 tahun. Bupati dan wakil bupati, penjabat bupati silih berganti selama 26 tahun, namun  masyarakat kampung Redeng, Desa  Dolulong Kecamatan Omesuri tidak pernah berubah. Karena itu, tidaklah heran ketika  tahun 2025 ini pemerintah pusat menetapkan Kampung Redeng masuk dalam Kategori komunitas adat terpencil.

Karena itu tidaklah berlebihan juga jika pada HUT Otonomi Lembata yang ke 26 tahun yang jatuh pada tanggal 12 Oktober 2025  dan dibawa kepemimpinan Bupati  Petrus Kanisius Tuaq dan Wakil Bupati, Muhamad Nasir Laode, mereka persembahkan dengan air mata.

Air Mata yang mereka persembahkan bukan  air mata kegembiaraan atau kebahagiaan, tapi air mata duka, sedih karena selama ini mereka sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Lembata.  Anggota legislative yang berasal dari wilayah Kedang juga terlihat tidur nyenyak di Peten Ina, mereka lupa, dengan Masyarakat Kampung Redeng.

Betapa tidak, sejak Indonesia merdeka,  bahkan sejak Otonomi Lembata 12 Oktober 1999, Masyarakat Kampung Redeng yang berjumlah 16 kepala keluarga ini kehidupan mereka masih terisolir. Jalan yang menghubungkan ke pusat Desa Dolulolong hanya jalan setapak melewati kebun, lereng, bukit dan bebatuan.  Sementara  kalau mereka ke Desa Hingalamengi, mereka harus jalan kaki melewati kebun.

Maria Siri Atawatung mengungkapkan dirinya  setiap hari harus bangun jam 5 pagi untuk menyiapkan makanan untuk anaknya ke sekolah yang jaraknya dari Redeng ke Dolu  sekitar 3 KM. Ia mengungkapkan, dirinya mengantar anaknya ke sekolah  sebelum jam 6 pagi sehingga tiba di  sekolah sebelum jam 7 pagi.  “ Ini   saya lakukan setiap hari demi pendidikan anak saya,  Kami harus jalan kaki setiap hari selama ini”

Ia mengatakan kalau,  anak-anak saat berangkat sekolah pagi tidak terlalu berat karena jalannya menurun namun saat pulang , dengan kondisi lapar anak-anak harus  mendaki dan anak-anak pasti cape.

Ia mengatakan anaknya  pulang sekolah  jam satu siang, dan baru tiba di  rumah jam 3 atau  sore. Ia mengatakan kalau , anak yang masih kelas  1 atau  kelas 2 SD, orang tua mengantar dan menunggu sampai anak pulang sekolah sekitar jam 10 pagi dan tiba di rumah Jam 11 siang atau pukul  12.00 . Itu artinya orang tua setiap hari baru bisa melakukan aktivitas di rumah atau di kebun  di atas jam  1 siang.

Karena itu , ia minta agar pemerintah Kabupaten Lembata bisa membangun jalan dari Redeng ke Dolu sehingga mereka bisa mengantar anak mereka dengan sepeda motor.

Ibu Rofina Witak, juga mengeluh hal yang sama. Ia mengatakan dirinya bersama dengan para lansia lain  haruS  berjalan kaki ke Dolu untuk mengikuti kegiatan lansia. Ia mengatakan kalau ad a masyarakat  Redeng yang sakit  mereka harus berjalan kaki ke Dolu, kecuali kalau ada yang sakit berat, bidan  dari Dolu yang datang ke Redeng.

Kepala Desa  Dolulolong, Mukrin Molan, dalam sambutannya saat  peletakan batu pertama  pembangunan Balai Pertemuan dan juga pembagian bantuan social pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Kampung Redeng Desa Dolulong, Sabtu ( 29/9/2025)  mengatakan  pemerintah dan masyarakat Desa Dolulong menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Sosial RI yang telah memberikan bantuan kepada masyarakat Desa Dolulong khusus masyarakat kampong Redeng.

Ia mengatakan dirinya selaku kepala desa  mengharapkan kehadiran bupati dan wakil bupati  Lembata di kampung Redeng untuk menyaksikan secara langsung kehidupan 16 kepala keluarga di Redeng yang selama ini hidup dalam kesulitan, misalnya akses jalan ke Dolu sebagai pusat pemerintah Desa Dolulolong. Ia mengatakan kalau pada kegiatan peletakan batu pertama pembangunan balai sosial ini  bupati berhalangan, diharapkan saat peresmian balai sosial/balai pertemuan ini, diharapkan bupati atau wakil bupati hadir. “Saya yakin masyarakat Redeng mengharapkan kehadiran bupati dan wakil bupati disini ( kampung Redeng) untuk menyaksikan sendiri kondisi masyarakat Redeng”

Molan mengaharpkan agar pemerintah Kabupaten Lembata bisa membuka jalan dari Dolu ke Redeng dan dari Redeng ke Desa Hingalamengi. “Kita minta bupati bisa membuka jalan dari Hingalemangi –Redeng- Dolu”

Ia mengatakan balai sosial  yang dibangun oleh Kementerian Sosial ini, tidak hanya untuk pertemuan , tapi bisa digunakan untuk tempat ibadah. Ia mengatakan setiap hari minggu, umat Katolik di Redeng harus jalan kaki ke gereja yang jaraknya  cukup jauh. Karena itu, hari minggu bisa digunakan umat Katolik untuk ibadah.

Kepala Desa Dolulong , Mukrim Molan juga menyampaikan terima kasih kepada Panti  Asuhan Eugene  Schmitz atau Lembaga Kesejateran Sosial Anak (LKSA)  Eugene Schmitz yang dipercayakan oleh Kementerian Sosial RI, untuk melakukan pendampingan terhadap KAT Desa Dolulolomg. Molan minta ketua LKSA Eugene Schmitz , Silvester Singu Wutun, untuk bisa menyampaikan kepada  Kementerian Sosial, agar tahun depan bisa bantu KAT Dolulong untuk pembangunan jalan dari Redeng ke Dolu. (*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

X
SIAD DataGoe