Lewoleba, KilatNews.Com-
Malapari adalah sejenis pohon penghuni pantai, anggota suku Fabaceae
(Leguminosae). Di Lembata selama ini, pohon ini dipadang sebelah mata. Padahal
pohon ini diibaratkan pohon uang,karena pohon
ini serbaguna dan menghasilkan uang.
Pohon Malapari di Indoensia, memiliki nama local, misalnya
di Kabupaten Lembata NTT disebut dengan
ppohon braa (Ile Ape), wraat (Nagawutung) dan Lamalera
disebut dengan wrate, kacang kayu laut (Melayu), mabai (Bangka), ki pahang dan
ki pahang laut (Sunda), bangkong dan kepik (Jawa), kranji (Madura), serta
marauwen (Minahasa). Nama-nama lokal ini bervariasi tergantung daerah
geografisnya.
Malapari merupakan
pohon tropis yang berpotensi menghasilkan biodiesel dan memiliki banyak
kegunaan, dimana setiap bagian pohonnya memiliki fungsi khusus.
Tidak hanya untuk biodiesel tapi juga untuk kecantikan,
kesehatan dan lain sebagainya.
Karena itu, tidaklah heran jika pemerintah Kabupaten
Lembata, Badan Riset Inovasi Nasional
dan PT Lembata Hira Sejahtera (Batara) melakukan pengembangan pohon Malapari
ini.
Kepala Kantor Resosrt Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH) Kabupaten Lembata, Linus Lawe di ruang
kerjanya, Selasa (11/11/2025) mengatakan Kabupaten Lembata saat ini sedang melakukan
pengembangan dan riset benih Malapari . Linus Lawe mengatakan saat ini pohon malapari yang tumbuh secara alamiah menyebar di berbagai wilayah di Kabupaten
Lembata dan paling banyak ada di Kecamatan Nagawutung.
Untuk tahun 2025 ini
Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Lembata telah membentuk 8 kelompok KBR (Kebun Bibit Rakyat).
Delapan KBR tersebut tersebar di beberapa kecamatan yakni
KBR Desa Wailolong Kecamatan Omesuri, KBR Tapobaran Kecamatan Lebatukan, KBR
Todanara Kecamatan Ile Ape Timur. KBR Watodiri Kecamatan Ile Ape, KBR Lewoleba
Timur,Lewoleba Barat dan KBR Bour Kecamatan Nubatukan dan KBR Watotena Desa
Lewogroma Kecamatan Atadei.
Ia mengatakan setiap kelompok KBR ada 30 ribu benih atau anakan Kopi,Mahoni, Kakao, beringin, jambu mete dan
Malapari.
Benih atau anakan
berbagai jenis pohon atau komoditi ini dalam waktu dekat ini akan
didistribusikan kepada masyarakat sehingga memasuki musin hujan ini masyarakat
bisa tanam. “Masyarakat dapat secara gratis,” Tegas Lawe.
Manfaat malapari sangat beragam, bijinya menghasilkan biodiesel hingga kegunaan pengobatan tradisional seperti
mengobati diare, kusta, dan luka. Selain itu, malapari juga bermanfaat untuk
lingkungan karena kemampuannya menyerap racun di tanah (bioremediasi), menahan
erosi, dan menyuburkan tanah, serta sebagai bahan baku industri lainnya seperti
sabun dan pakan ternak.
Manfaat ekonomi dan energy
dan kesehatan
Dari berbagai sumber yang dirangkum oleh media ini, pohon
Malapari memiliki maanfat ekonomi dan energy.
Biodiesel: Biji
malapari menghasilkan minyak yang dapat diolah menjadi biodiesel, sumber energi
terbarukan.
Bahan bakar:
Ranting dan kayu malapari dapat digunakan sebagai kayu bakar yang baik.
Industri:
Minyaknya bisa digunakan untuk bahan pembuatan sabun,
pelumas, dan pengikat cat air dan kecantikan.
Pakan ternak:
Sisa pengepresan biji dapat diolah menjadi pakan ternak setelah proses
detoksifikasi.
Manfaat kesehatan
(pengobatan tradisional)
Daun: Mengatasi
batuk, diare, perut kembung, dan mengusir dingin.
Bunga: Mengobati
diabetes.
Akar:
Membersihkan gusi, gigi, dan mengobati bisul.
Kulit kayu:
Mengatasi pendarahan dan kudis.
Minyak biji:
Mengobati penyakit kulit dan dapat digunakan sebagai obat antiseptik.
Manfaat lingkungan
dan pertanian
Bioremediasi: Mampu menyerap logam berat dan racun dari
tanah, sehingga cocok ditanam di lahan bekas tambang.
Penghalang angin dan
peneduh: Ditaman di tepi jalan atau kanal untuk meneduh dan mengurangi
angin.
Penyubur tanah: Daunnya dapat digunakan sebagai pupuk hijau.
Pestosida alami:
Kandungan senyawa aktif dalam biji dan daunnya efektif untuk mengendalikan hama
tanaman. (*)

